Senin, 20 Februari 2012

Hakikat Manusia Belajar


Kebutuhan manusia akan pendidikan merupakan kebutuhan asasi dalam rangka mempersiapkan setiap insan sampai pada suatu tingkat di mana mereka mampu menunjukkan kemandirian yang bertanggung jawab, baik terhadap dirinya maupun terhadap lingkungannya.  bermuara pada satu pandangan bahwa melalui pendidikan, manusia membuktikan diri sebagai makhluk yang paling sempurna, dari sebelumnya hanya memiliki potensi (yang belum memiliki arti apa-apa), tetapi dengan pendidikan mereka berkembang menjadi lebih sempurna dan terus menyempurnakan diri.  
Bagaimanapun juga, manusia membutuhkan  perantara untuk mendirikan tempat dan tujuannya dalam alam semesta ini, bahan yang paling penting adalah biologi dan proses yang paling penting adalah evolusi, sejauh ini manusia dapat belajar untuk memahami dirinya sendiri, pemahaman yang sangat penting untuk kelangsungan hidupnya.

Sejak Kapan Manusia Belajar
Sejak manusia dilahirkan ke dunia, manusia diawali dg keterbatasan dan ketidaktahuan. Inilah karakter awal manusia lahir ke dunia ini, seorang manusia sejak lahir memiliki kemampuan untuk belajar. Ketika dilahirkan manusia hanya menangis, ini dilakukan agar paru-parunya berkembang dan dimulai lah suatu pembelajaran utk melepaskan ketergantungan kebutuhan oksigen dari ibunya, namun tetap saja dia masih sangat lemah dan masih tergantung sekali pada orang tua dan orang2 sekitarnya.
Kemudian, sejalan dengan perkembangan, otak manusia dan kejiwaannya makin lama semakin mencoba untuk menyesuaikan diri, sesuai umurnya. Dilihat dari aspek psikologis, kemampuan beradaptasi ini bukan merupakan skill, namun ini merupakan naluri manusia yang memang diciptakan sedemikian rupa. Keingintahuan juga bagian dari proses perkembangan tersebut. Ketika manusia beranjak dewasa, belajar seakan-akan bukan lagi suatu yang isntingtif yaitu, melainkan perlu adanya dorongan-dorongan lain yang dikenal dengan motivasi. Motivasi tersebut adalah seperti dorongan rasa ingin tahu, ataupun dorongan dari faktor-faktor luar seperti lingkungan atau kondisi dimana manusia itu berada.





Mengapa Manusia Belajar
            Pada dasarnya belajar adalah termasuk insting manusia. Siapakah yang mengajari anak untuk merangkak, berjalan, hingga berlari? Itu semua adalah insting manusia, manusia adalah seorang pembelajar sebab naluri dasarnya adalah belajar. Setelah manusia memahami bahwasanya belajar adalah panggilan hidup, telah mengenali pula instrumen belajar yang dibekalkan di tubuh manusia. Selanjutnya ditelaah lebih jauh makna ’belajar ’ itu sendiri, apakah semua proses otak adalah belajar? Apa pula yang dihasil-kan oleh proses belajar?
 Sejak awal telah diuraikan bahwa seyogyanya manusia mengisi hidup ini dengan berupaya menjadi sempurna. Dalam bahasa psikologinya A. Maslow: Manusia berupaya untuk dapat beraktualisasi diri. menurut Andrias Harefa ( Harefa, 2005) ’pengajaran’ membawa orang pada belajar tentang, sedang-kan ’pelatihan’ memandu orang belajar, sementara ’pembelajaran’ memungkinkan orang belajar menjadi. Lebih jauh , lanjut Harefa, belajar tentang memerlukan mengetahui diri, belajar membutuhkan praktek, sedangkan belajar menjadi butuh perenungan diri.
Mengapa manusia belajar? Jika merujuk pada definisi yang  dipahami, maka pembelajaran merupakan sebuah kebutuhan primer manusia, karena pada dasarnya tidak ada ilmu pengetahuan yang cukup bagi manusia. Herbert Spencer mengemukakan bahwa pendidikan adalah mempersiapkan manusia untuk hidup sempurna. Dalam konteks ini, pendidikan melatih manusia untuk memiliki tingkat penyesuaian diri yang baik dalam berinteraksi dengan lingkungan (baik dengan sesama manusia maupun dengan lingkungan alam).
Dengan adanya penyesuaian-penyesuaian tersebut akan membawa manusia kepada terbentuknya suatu kemampuan dan peningkatan kapasitas individual yang secara perlahan menunjukkan adanya perubahan-perubahan. Dalam konteks pendidikan, perubahan-perubahan tersebut merupakan proses yang terjadi pada potensi yang telah ada, untuk selanjutnya menjadi nyata, berkembang dan menjadi lebih baik.

Bagaimana  Manusia Belajar
Setiap proses belajar ini selalu menjadikan manusia berkembang. Proses pembelajaran dapat mengubah manusia menjadi ke arah yang lebih baik ataupun lebih buruk, semua tergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhinya, seperti: kondisi psikis lingkungan, objek yang dia pelajari, ataupun siapa yang mengajarinya.
Kata kunci dalam belajar adalah proses menjadi. Pada intinya agar bisa belajar menjadi, manusia perlu upaya mengkolaborasikan ketiga ranah di diri manusia, ranah spiritual, ranah mental dan ranah fisik. lima indera berperan mengamati dan menerima dan menyeleksi informasi dari luar, juga adanya faktor dorongan dari ketertarikan dan motivasi.
 Manusia menemukan fokus (sesuatu yang ingin ia ketahui) ada pemahaman dalam dirinya "aku tidak tahu dan aku ingin tahu",  Manusia mengamati atau bertanya pada orang yang lebih mengerti jika sifatnya informasi ini bersifat kolektif (perlu diukur dan dibuktikan kebenarannya) dan penalaran selanjutnya menghasilkan premis sebelum menuju kesimpulan akhir (konklusi) jika sifatnya skill selanjutnya proses imitasi-adaptasi yang sifatnya trial-error repetative sampai ia menemukan sebuah metode yang efisien.
Dalam uraian kelima indra manusia, manusia memiliki kemampuan untuk melakukan upaya mencari tahu, menelaah dan menelusuri dunia, sangatlah mengagumkan, canggih, dahsyat. Jadi, daya serap bagi kita belajar cukup besar, tinggal lagi apakah manusia mempergunakannya ataukah tidak. Sebab kelenturan dan kepekaan organ tubuh dan indera manusia, efektifitasnya tergantung dari pemanfaatan oleh yang bersangkutan.
Akan tetapi dengan berpikir saja tidak cukup, manusia membutuhkan tubuh yang mau bekerja sama dengan pikiran untuk menjalankan respons pikiran. Tubuh yang sehat, memiliki saluran-saluran dari otak ke seluruh bagian tubuh, yang berfungsi baik; tetapi untuk bisa mengekspresikan diri dan berkomunikasi dengan lingkungan,.

melihat/mendengar > merasa/mengalami/pengalaman > percaya > mencoba melakukannya > enak/berguna/dirasa baik? > akan diteruskan.




Proses belajar seorang manusia dimulai dari mempertanyakan, segala sesuatu yang kita lihat, dengar, rasakan selalu menimbulkan pertanyaan bagi kita. lalu masuk ke tahap berikutnya yaitu mencari jawaban, proses ini tidak berhenti sampai di sini, karena lalu masih ada tahap berikutnya yaitu menguji jawaban, dan ketika suatu jawaban sudah diuji maka seorang manusia akan mempertanyakan kembali jawabannya.
Proses pembelajaran manusia memang berawal dari sebuah informasi yg diperbandingkan dengan informasi-informasi lainnya yg telah ada di pikirannya, yg diolah sedemikian rupa hingga timbul pertanyaan-pertanyaan pengujian sebagai 'keluaran' (output) sementara; lalu diolah lebih lanjut dengan cara membandingkan dengan 'asumsi' (anggapan sementara); sampai ditetapkannya jawaban-jawaban yg sifatnya sementara pula dan dimasukkan dalam ingatan; sebagai output akhir (sementara) dan bolehlah dimaklumi sbg suatu pengetahuan.
Pengetahuan ini selanjutnya diuji beberapa kali lagi dgn metode-metode tertentu sebagai sistem pengarah dlm proses penilaian (valuation) yg memetakan dan memolakan proses berpikir lanjutan; yg boleh dimaklumkan sebagai sebuah 'pola pikir' (mind-setting). pd proses penilaian inilah terjadi tarikan dan dorongan yg memberikan kecenderungan akan kemana sebuah pengetahuan dpt dimengerti untuk dipermaklumkan kembali sbg sebuah kepahaman.



Sampai kapan Manusia Belajar?
Kita bisa ’belajar menjadi’, apabila kita mengetahui mau menjadi orang yang bagaimana. Hal ini bisa diketahui, apabila manusia mau bertanya pertanyaan mendasar, mengapa saya dilahirkan, untuk maksud apa saya diciptakan, bagi siapa sebenarnya kehadiran saya di dunia ini. Hakikatnya, apabila manusia berhenti belajar, otak akan berhenti berpikir, dan otak akan berhenti berkembang. Sehingga manusia akan selalu terus belajar semasa hidupnya, proses belajar akan terus-menerus yang dilakukan sampai pada saat meninggalkan dunia nantinya (mati).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar