Kebutuhan manusia akan pendidikan merupakan kebutuhan asasi dalam rangka mempersiapkan setiap insan sampai pada suatu tingkat di mana
mereka mampu menunjukkan kemandirian yang bertanggung jawab, baik terhadap
dirinya maupun terhadap lingkungannya. bermuara
pada satu pandangan bahwa melalui pendidikan, manusia membuktikan diri sebagai
makhluk yang paling sempurna, dari sebelumnya hanya memiliki potensi (yang
belum memiliki arti apa-apa), tetapi dengan pendidikan mereka berkembang
menjadi lebih sempurna dan terus menyempurnakan diri.
Bagaimanapun juga, manusia membutuhkan perantara untuk mendirikan tempat dan tujuannya
dalam alam semesta ini, bahan yang paling penting adalah biologi dan proses
yang paling penting adalah evolusi, sejauh ini manusia dapat belajar untuk
memahami dirinya sendiri, pemahaman yang sangat penting untuk kelangsungan
hidupnya.
Sejak
Kapan Manusia Belajar
Sejak manusia
dilahirkan ke dunia, manusia diawali dg keterbatasan dan ketidaktahuan. Inilah
karakter awal manusia lahir ke dunia ini, seorang manusia sejak lahir memiliki
kemampuan untuk belajar. Ketika dilahirkan manusia hanya menangis, ini
dilakukan agar paru-parunya berkembang dan dimulai lah suatu pembelajaran utk
melepaskan ketergantungan kebutuhan oksigen dari ibunya, namun tetap saja dia
masih sangat lemah dan masih tergantung sekali pada orang tua dan orang2
sekitarnya.
Kemudian,
sejalan dengan perkembangan, otak manusia dan kejiwaannya makin lama semakin
mencoba untuk menyesuaikan diri, sesuai umurnya. Dilihat dari aspek psikologis,
kemampuan beradaptasi ini bukan merupakan skill, namun ini merupakan naluri
manusia yang memang diciptakan sedemikian rupa. Keingintahuan juga bagian dari
proses perkembangan tersebut. Ketika manusia beranjak dewasa, belajar seakan-akan bukan
lagi suatu yang isntingtif yaitu, melainkan perlu adanya dorongan-dorongan lain
yang dikenal dengan motivasi. Motivasi tersebut adalah seperti dorongan rasa
ingin tahu, ataupun dorongan dari faktor-faktor luar seperti lingkungan atau
kondisi dimana manusia itu berada.
Mengapa
Manusia Belajar
Pada dasarnya belajar adalah termasuk insting manusia. Siapakah yang mengajari
anak untuk merangkak, berjalan, hingga berlari? Itu semua adalah insting
manusia, manusia adalah seorang pembelajar sebab naluri dasarnya adalah
belajar. Setelah manusia memahami bahwasanya
belajar adalah panggilan hidup, telah mengenali pula instrumen belajar yang
dibekalkan di tubuh manusia. Selanjutnya ditelaah lebih jauh makna ’belajar ’
itu sendiri, apakah semua proses otak adalah belajar? Apa pula yang
dihasil-kan oleh proses belajar?
Sejak awal telah diuraikan bahwa seyogyanya manusia mengisi
hidup ini dengan berupaya menjadi sempurna. Dalam bahasa psikologinya A.
Maslow: Manusia berupaya untuk dapat beraktualisasi diri. menurut
Andrias Harefa ( Harefa, 2005) ’pengajaran’ membawa orang pada belajar
tentang, sedang-kan ’pelatihan’ memandu orang belajar, sementara ’pembelajaran’
memungkinkan orang belajar menjadi.
Lebih jauh , lanjut Harefa, belajar tentang memerlukan mengetahui
diri, belajar membutuhkan praktek,
sedangkan belajar menjadi butuh perenungan diri.
Mengapa manusia belajar? Jika
merujuk pada definisi yang dipahami, maka pembelajaran merupakan sebuah
kebutuhan primer manusia, karena pada dasarnya tidak ada ilmu pengetahuan yang
cukup bagi manusia. Herbert Spencer mengemukakan bahwa pendidikan adalah mempersiapkan manusia untuk hidup sempurna. Dalam konteks ini,
pendidikan melatih manusia untuk memiliki tingkat penyesuaian diri yang baik dalam
berinteraksi dengan lingkungan (baik dengan sesama manusia maupun dengan
lingkungan alam).
Dengan adanya
penyesuaian-penyesuaian tersebut akan membawa manusia kepada terbentuknya suatu
kemampuan dan peningkatan kapasitas individual yang secara perlahan menunjukkan
adanya perubahan-perubahan. Dalam konteks pendidikan, perubahan-perubahan
tersebut merupakan proses yang terjadi pada potensi yang telah ada, untuk
selanjutnya menjadi nyata, berkembang dan menjadi lebih baik.
Bagaimana Manusia Belajar
Setiap proses
belajar ini selalu menjadikan manusia berkembang. Proses pembelajaran dapat
mengubah manusia menjadi ke arah yang lebih baik ataupun lebih buruk, semua
tergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhinya, seperti: kondisi psikis
lingkungan, objek yang dia pelajari, ataupun siapa yang mengajarinya.
Kata kunci dalam
belajar adalah proses menjadi.
Pada intinya agar bisa belajar menjadi,
manusia perlu upaya mengkolaborasikan ketiga ranah di diri manusia, ranah
spiritual, ranah mental dan ranah fisik. lima indera berperan mengamati dan
menerima dan menyeleksi informasi dari luar, juga adanya faktor dorongan dari
ketertarikan dan motivasi.
Manusia menemukan fokus (sesuatu yang ingin ia
ketahui) ada pemahaman dalam dirinya "aku tidak tahu dan aku ingin
tahu", Manusia mengamati atau
bertanya pada orang yang lebih mengerti jika sifatnya informasi ini bersifat
kolektif (perlu diukur dan dibuktikan kebenarannya) dan penalaran selanjutnya
menghasilkan premis sebelum menuju kesimpulan akhir (konklusi) jika sifatnya
skill selanjutnya proses imitasi-adaptasi yang sifatnya trial-error repetative
sampai ia menemukan sebuah metode yang efisien.
Dalam uraian
kelima indra manusia, manusia memiliki kemampuan untuk melakukan upaya mencari
tahu, menelaah dan menelusuri dunia, sangatlah mengagumkan, canggih, dahsyat.
Jadi, daya serap bagi kita belajar cukup besar, tinggal lagi apakah manusia
mempergunakannya ataukah tidak. Sebab kelenturan dan kepekaan organ tubuh dan
indera manusia, efektifitasnya tergantung dari pemanfaatan oleh yang
bersangkutan.
Akan tetapi
dengan berpikir saja tidak cukup, manusia membutuhkan tubuh yang mau bekerja
sama dengan pikiran untuk menjalankan respons pikiran. Tubuh yang sehat,
memiliki saluran-saluran dari otak ke seluruh bagian tubuh, yang berfungsi
baik; tetapi untuk bisa mengekspresikan diri dan berkomunikasi
dengan lingkungan,.
melihat/mendengar >
merasa/mengalami/pengalaman >
percaya > mencoba melakukannya >
enak/berguna/dirasa baik? > akan diteruskan.
Proses belajar
seorang manusia dimulai dari mempertanyakan, segala sesuatu yang kita lihat,
dengar, rasakan selalu menimbulkan pertanyaan bagi kita. lalu masuk ke tahap
berikutnya yaitu mencari jawaban, proses ini tidak berhenti sampai di sini,
karena lalu masih ada tahap berikutnya yaitu menguji jawaban, dan ketika suatu
jawaban sudah diuji maka seorang manusia akan mempertanyakan kembali jawabannya.
Proses
pembelajaran manusia memang berawal dari sebuah informasi yg diperbandingkan
dengan informasi-informasi lainnya yg telah ada di pikirannya, yg diolah
sedemikian rupa hingga timbul pertanyaan-pertanyaan pengujian sebagai
'keluaran' (output) sementara; lalu diolah lebih lanjut dengan cara
membandingkan dengan 'asumsi' (anggapan sementara); sampai ditetapkannya
jawaban-jawaban yg sifatnya sementara pula dan dimasukkan dalam ingatan; sebagai
output akhir (sementara) dan bolehlah dimaklumi sbg suatu pengetahuan.
Pengetahuan ini
selanjutnya diuji beberapa kali lagi dgn metode-metode tertentu sebagai sistem
pengarah dlm proses penilaian (valuation) yg memetakan dan memolakan proses
berpikir lanjutan; yg boleh dimaklumkan sebagai sebuah 'pola pikir'
(mind-setting). pd proses penilaian inilah terjadi tarikan dan dorongan yg
memberikan kecenderungan akan kemana sebuah pengetahuan dpt dimengerti untuk
dipermaklumkan kembali sbg sebuah kepahaman.
Sampai
kapan Manusia Belajar?
Kita bisa
’belajar menjadi’, apabila kita mengetahui mau menjadi orang yang bagaimana.
Hal ini bisa diketahui, apabila manusia mau bertanya pertanyaan mendasar,
mengapa saya dilahirkan, untuk maksud apa saya diciptakan, bagi siapa
sebenarnya kehadiran saya di dunia ini. Hakikatnya, apabila manusia berhenti
belajar, otak akan berhenti berpikir, dan otak akan berhenti berkembang. Sehingga
manusia akan selalu terus belajar semasa hidupnya, proses belajar akan terus-menerus
yang dilakukan sampai pada saat meninggalkan dunia nantinya (mati).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar